MAKALAH
SEBAB-SEBAB GEJALA SOSIAL di
MASYARAKAT
Disusun untuk Memenuhi Ujian Mata Kuliah PSIKOLOGI
SOSIAL
Dosen Pembimbing : Ust. Ahmad Mu’is,S.Ag,M.A
Oleh :
Ahmad Syaifudin
Semester IV
Prodi : MPI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA
KEPUHARJO MALANG
Juli 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Perilaku
individu atau sekelompok individu yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku secara umum dalam masyarakat sering terjadi dalam kehidupan kita
sehari-hari. Teori ini dikemukakan oleh Edwin M.Lemert, menurutnya seseorang
berperilaku menyimpang karena proses labeling yang diberikan masyarakat
kepadanya. Labeling adalah pemberian julukan, cap, etiket, ataupun kepada
seseorang. Pada awalnya seseorang melakukan “penyimpangan primer” karena itu
sang pelaku penyimpangan mendapatkan cap (labeling) dari masyarakat. Karena
adanya label tersebut, maka sang pelaku mengidentifikasikan dirinya sebagai
penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangan itupun menjadi suatu kebiasaan atau
gaya hidup bagi pelakunya.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa
pengertian dari perilaku menyimpang ?
2. Bagaimana
teori tentang perilaku menyimpang ?
3. Apa saja
macam dan jenis dari perilaku menyimpang ?
4. Apa saja
bentuk perilaku menyimpang di masyarakat dan di kalangan remaja ? dan
5. Apa saja
faktor yang menyebabkan timbulnya perilaku menyimpang ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Perilaku Menyimpang
Secara Umum Perilaku individu atau sekelompok
individu yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku secara umum
dalam masyarakat sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari.
Menurut
Pendapat Ahli. Berikut menurut pendapat para ahli mengenai perilaku menyimpang.
Paul
B.Horton Ia mendevinisikan bahwa perilaku menyimpang adalah perilaku yang
dinyatakan sabagai pelanggaran-pelanggaran terhadap norma-norma kelompok
ataupun masyarakat.
Bruce
J.Cohen Ia berpendapat bahwa perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang
tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atu kelompok
tertentu dalam masyarakat.
Robert
M.Z Lawang Ia menyatakan bahwa perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang
menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan
menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem tersebut untuk
memperbaiki perilaku tersebut.
James
Vander Sander Ia berpendapat bahwa yang dimaksud perilaku menyimpang adalah
perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas-batas toleransi
oleh sejumlah atau sebagian besar orang atau masyarakat.
B.
Teori Tentang
Perilaku Menyimpang
1. Berdasarkan Sudut Pandang Sosiologi
a. Teori Labeling
Teori
ini dikemukakan oleh Edwin M.Lemert, menurutnya seseorang berperilaku
menyimpang karena proses labeling yang diberikan masyarakat kepadanya. Labeling
adalah pemberian julukan, cap, etiket, ataupun kepada seseorang. Pada awalnya
seseorang melakukan “penyimpangan primer” karena itu sang pelaku penyimpangan
mendapatkan cap (labeling) dari masyarakat. Karena adanya label tersebut, maka
sang pelaku mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi
penyimpangan itupun menjadi suatu kebiasaan atau gaya hidup bagi pelakunya.
b. Teori Sosialisasi
Teori
Sosialisasi menyatakan bahwa seseorang biasanya menghayati nilai-nilai dan
norma-norma dari bebrapa orang yang dekat dan cocok dengan dirinya. Jadi,
bagaimanakah seseorang menghayati nilai-nilai dan norma-norma sosial sehingga
dirinya dapat melahirkan perilaku menyimpang…...????? Ada dua penjelasan yang
dapat di kemukakan. Pertama, Kebudayaan khusus yang menyimpang, yaitu apabila
sebagian besar teman seseorang melakukan perilaku menyimpang maka orang itu
mungkin akan berperilaku menyimpang juga. Sebagai contoh, beberapa studydi
Amerika, menunjukkan bahwa di kampung-kampung yang berantakan dan tidak
terorganisir secara baik, perilaku jahat merupakan pola perilaku yang normal
(wajar).
c. Teori Pergaulan Berbeda (
Differential Association )
Teori
ini diciptakan oleh Edwin H. Sutherland dan menurut teori ini penyimpangan
bersumber dari pergaulan dengan sekelompok orang yang telah menyimpang.
Penyimpangan didapatkan dari proses alih budaya (cultural transmission) dan
dari proses tersebut seseorang mempelajari subkebudayaan menyimpangang (deviant
subculture). Contoh teori pergaulan berbeda : perilaku tunasusila, peran
sebagai tunasusila dipelajari oleh seseorang dengan belajar yaitu melakukan
pergaulan yang intim dengan para penyimpang (tunasusila senior) dan kemudian ia
melakukan percobaan dengan melakukan peran menyimpang tersebut.
d. Teori Anomie
Konsep
anomie di kembangkangkan oleh seorang sosiologi dari Perancis, Emile Durkheim.
Istilah Anomie dapat diartikan sebagai ketiadaan norma. Konsep tersebut dipakai
untuk menggambarkan suatu masyarakat yang memiliki banyak norma dan nilai yang
satu sama lain saling bertentangan. Suatu mayarakat yang anomis (tanpa norma)
tidak mempunyai pedoman mantap yang dapat dipelajari dan di pegang oleh para
anggota masyarakatnya. Selain Emile Durkheim ada tokoh lain yang mengemukakan
tentang teori anomie yaitu Robert K. Merton, ia mengemukakan bahwa penyimpangan
terjadi melalui struktur sosial. Menurut Merton struktur sosial dapat
menghasilkan perilaku yang konformis (sesuai dengan norma) dan sekaligus
perilaku yang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan. Merton berpendapat
bahwa struktur sosial mengahasilkan tekanan kearah anomie dan perilaku
menyimpang karena adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan
cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut.
2.
Berdasarkan Sudut Pandang Psikologi
Seorang tokoh psikolog asal Australia yang terkenal dengan
teori psikoanalisasinyabernama Sigmund Freud (1856-1939) menyatakan bahwa dalam
diri manusia terdapat tiga bagian penting, yaitu berupa hal-hal sebagai
berikut:
a. Id, adalah bagian dari yang bersifat
tidak sadar, nalurilah, dan mudah terpengaruh oleh gerak hati.
b. Ego, adalah bagian diri yang
bersifat sadar dan rasional yang berfungsi menjaga pintu kepribadian.
c. Supergo, adalah bagian dari diri
yang telah mengabsorbsi (menyerap) nilai-nilai cultural yang berfungsi sebagai
suara hati. Menurut Fried perilaku menyimpang dapat terjadi pada diri seseorang
apabila id terlalu berlebihan sehingga tidak terkontrol dan muncul bersamaan
dengan superegoyang tidak aktif, sementara dalam waktu yang bersamaan ego tidak
berhasil memberikan perimbangan.
3. Berdasarkan Sudut Pandang
Kriminologi :
Teori
Konflik Berdasarkan teori ini terdapat dua macam konflik, yaitu sebagai berikut
:
a. Konflik Budaya
Dalam suatu masyarakat dapat terjadi
konflik budaya etika dalam masyarakat tersebut terdapat sejumlah kebudayaan
khusus dimana setiap kebudayaan khusus tersebut cenderung tertutup sehingga
mengurangi kemungkinan adanya kesepakatan nilai. Sejumlah norma yang bersumber
dari kebudayaan khusus yang berbeda saling bertentangan antara satu dengan yang
lainnya dan dapat menimbulkan kondisi anomie.
b. Konflik Kelas Sosial
Konflik kelas sosial dapat terjadi
di masyarakat ketika suatu kelompok membuat peraturan sendiri untuk melindungi
kepentingan, sehingga terjadilah eksploitasi kelas atas terhadap kelas bawah.
Orang-orang yang menentang hak-hak istimewa kelas atas dianggap berperilaku
menyimpang dan di cap sebagai penjahat.
C.
Macam-Macam Atau Jenis-Jenis
Perilaku Menyimpang
1.
Berdasarkan Kekerapannya :
a.
Penyimpangan Primer
Penyimpangan primer adalah suatu pelanggaran atau
penyimpangan yang bersifat sementara (temporer), sehingga individu yang
melakukan penyimpangan tersebut masih dapat diterima oleh kelompok sosialnya,
sebab pelanggaran terhadap norma-norma umum tidak berlangsung secara
terus-menerus. Contoh penyimpangan primer adalah : terlambat membayar pajak
listrik, mencontek saat ulangan, melanggar rambu-rambu lalu lintas.
b.
Penyimpangan Sekunder
Penyimpangan sekunder adalah penyimpangan sosial yang nyata
dan sering dilakukan sehingga menimbulkan akibat yang cukup parah dan
mengganggu orang lain. Contoh penyimpangan sekunder adalah : berjudi, mencuri,
seseorang yang sering mabuk-mabukan, bahkan pembunhan.
2.
Berdasarkan Jumlah Pelakunya
a.
Penyimpangan Individual (individual deviation)
Penyimpangan
individual merupakan pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang atau individu
tertentu terhadap norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakatnya.
Macam-macam penyimpangan individu adalah sebagai berikut :
Penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang
Penyimpangan karena berlaku didalam masyarakat disebut pelanggar. tidak patuh
terhadap nasehat orang tua untuk mengubah pendirian atau kebiasaan buruk
menjadi baik yang disebut dengan pembandel. Penyimpangan karena tidak menepati
janji atau berbohong dan sering berkhianat yang disebut dengan munafik.
Penyimpangan karena tidak taat terhadap peringantan orang lain, yang disebut
pembangkang. Penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang mengakibatkan
kerugian harta benda/jiwa dilingkungannya yang disebut penjahat atau perusuh.
b.
Penyimpangan Kelompok (group deviation)
Perilaku penyimpangan dapat disebut dengan penyimpangan
kelompok apabila penyimpangan tersebut dilakukan secara bersama-sama oleh
sekelompok orang yang bergabung dalam suatu kelompok tertentu. Setiap individu
yang bergabung didalam kelompok tersebut berperilaku sesuai dengan norma yang
ditentukan dalam kelompok tersebut walaupun perilaku tersebut jelas-jelas
bertentangan dengan norma-norma sosial umum yang terdapat/berlaku dalam
masyarakat sekitar dimana ia tinggal. Penyimpangan kelompok lebih rumit dan
berbahaya dibandingkan dengan penyimpangan individual, karena mereka memiliki
fanatisme terhadap nilai, norma, sikap, dan tradisi yang berlaku dalam
kelompoknya sehingga mereka beranggapan bahwa mereka tidak melakukan suatu
penyimpangan. Adapun yang termasuk dalam penyimpangan kelompok antara lain
yaitu :
Kelompok pengacau keamananan dengan tujuan-tujuan tertentu
yang disebut Persekongkolan dalam dunia usaha dan lembaga dengan teroris.
Kelompok atau (geng) pemerintah untuk mencari keuntungan sendiri. kejahatan
terorganisir yang melakukan perampokan dan penyelundupan. Kelompok yang ingin
meisahkan diri dari suatu Negara, yang disebut separatis.
D.
Bentuk-Bentuk Perilaku Penyimpangan
Sosial
Menyimpang atau tidaknya perilaku
seseorang ditentukan oleh norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat
dimana ia tinggal. Setiap tindakan atau perilaku yang bertentangan dengan nilai
dan norma yang berlaku akan dianggap sebagai penyimpangan. Ada beberapa bentuk
perilaku menyimpang yang bersifat negatif, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Tindakan Kriminal atau Kejahatan.
Tindakan kriminal atau kejahatan merupakan tindakan yang
bertentangan dengan norma hukum, norma sosial dan norma agama. Adapun tindakan
kriminal meliputi pencurian, perampokan, pemerkosaan, penganiayan, pembunuhan.
Selain itu berbagai bentuk kegiatan yang mengganggu keamanan Negara seperti
korupsi, maker, dan terorisme, juga termasuk tindakan kriminal. Berbagai
tindakan tersebut biasanya menjatuhkan korban di mana si korban akan kehilangan
harta benda, cacat tubuh, bahkan tidak jarang pula kehilangan nyawa.
2.
Penyalahgunaan Narkotika
Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai bahaya
penyalahgunaan narkotika, ada baiknya kita membahasnya dari tinjauan medis
terlebih dahulu. Secara medis, narkotika berfungsi di rumah sakit bagi orang
yang menderita sakit berat dengan rekomendasi dokter. Misalnya untuk penderita
kanker atau orang yang akan menjalani operasi sebagai obat bius. Efek dari
narkotika selain sebagai obat adalah timbulnya efek halusinasi (khayalan),
impian yang indah-indah, atau rasa nyaman. Karena fungsi sampingan inilah ada
sebagian masyarakat, terutama dikalangan remaja, ingin menggunakan narkotika
walaupun tidak sedang menderita suatu penyakit. Hal itulah yang dinamakan
penyalahgunaan narkotika. Penyalahgunaan narkotika dan obat-obat perangsang
yang sejenis terutama dikalangan remaja berkaitan erat dengan beberapa hal yang
menyangkut sebab, motivasi, dan akibat yang ingin dicapai. Secara sosiologis,
penyalahgunaan narkotika oleh kaum remaja merupakan perbuatan yang disadari
berdasarkan pengetahuan/pengalaman sebagai pengaruh langsung ataupun tidak
langsung dan pembentukan jati diri. Secara subjectif, penyalahguanaan narkotika
oleh kaum remaja merupakan salah satu upaya individual agar dapat mengungkap
dan menangkap kepuasan yang belum pernah dirasakan oleh setiap individu,
terutama bagi setiap remaja yang sedang tumbuh dan berkembang dalam proses
pencarian identitas dan pembentukan jati diri. Sedangkan secara objectif,
penyalahgunaan narkotika adalah merupakan visualisasi dari proses isolasi yang
pasti membebani fisik dan mental sehingga dapat menghambat pertumbuhan yang
sehat. Secara universal, pnyalahgunaan narkotia dan zat lain sejenisnya
merupakan perbuatan destruktif dengan efek-efek negatifnya atau bahkan dapat
menimbulkan kematian bagi penggunanya.
Sedangkan menurut Graham Baliene,
seorang remaja yang melakukan penyalahgunaan narkotika disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut :
a.
Membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan yang
berbahaya seperti berkelahi, ngebut dijalan atau balap sepeda, bergaul dengan
lawan jenis, dan lain-lain.
b.
Menunjukkan tindakan menentang otoritas terhadap orang tua,
guru, orang lain, atau bahkan kepada norma-norma sosial yang berlaku dalam
masyarakat.
c.
Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh
pengalaman-pengalaman emosional.
d.
Mencari dan menemukan arti hidup.
e.
Menghilangkan kegelisahan, frustasi, dan kepenatan hati.
f.
Mempermudah penyaluran dan perbuatan seksual.
g.
Hanya iseng-iseng atau didorong oleh rasa ingin tahu.
h.
Mengisi kekosongan dan kesepian/kebosanan.
i.
Mengikuti kemauan teman atau sepergaulan dalam rangka
pembinaan solidaritas.
3.
Perkelahian Antar pelajar
Perkelahian antar pelajar atau yang lebih disebut
tawuran antar pelajar pada awalnya hanya terjadi di kota-kota besar karena
kompleksnya kehidupan dan persoalan di kota. Akan tetapi, pada saat ini
fenomena tawuran antar pelajar sudah menjamur di kalangan pelajar yang jauh dari
kawasan perkotaan. Perkelahian antarpelajar merupakan termasuk salah satu
bentuk kenakalan remaja dan termasuk perilaku menyimpang karena bertentangan
dengan nilai-nilai ataupun norma-norma sosial yang berlaku di dalam masyarakat
tersebut. Perkelahian antarpelajar merupakan masalah sosial yang berkaitan
dengan krisis moral. Tingkat emosi yang belum stabil serta kerterbatasan
pengetahuan akan kaidah-kaidah masyarakat dan agama mengakibatkan remaja
cenderung bertindak tanpa memikirkan resiko karena mereka hanya mementingkan
ego semata. Perkelahian antarpelajar bisa disebabkan oleh anggapan dari
sebagian pelajar bahwa dengan perkelahian bisa menunjukkan kejantanan dan
sportivitas. Perkelahian tersebut umumnya diawali dari hal-hal yang sepele atau
kecil, bahkan hanya menyangkut dua orang saja dari sekolah yang berbeda. Tetapi
karena alasan solidaritas kelompok, maka konflik bisa meluas dan menjadi
konflik antarsekolah.
4.
Hubungan Seksual di Luar Nikah
Hubungan seks diluar nikah termasuk perilaku menyimpang yang
sangat ditentang oleh masyarakat. Macam seks di luar nikah antara lain adalah
pelacuran, kumpul kebo, dan pemerkosaan. Selain mendapatkan hubungan bagi para
pelakunya, hubungan seksual di luar nikah juga dianggap dapat mendatangkan
bencana bagi daerah tempat tinggal mereka sehingga masyarakat mengutuk
perbuatan tersebut. Hubungan seksual diluar nikah juga dapat menyebabkan
penyakit yang berbahaya dan bahkan mematikan seperti AIDS dan PSM (penyakit
seks menular).
5.
Penyimpangan Seksual
Penyimpangan seksual adalah perilaku seksual yang tidak
semestinya, misalnya perzinahan, lesbianism, homoseksual, kumpul kebo, dan
sodomi. Tindakan-tindakan tersebut merupakan perbuatn yang bertentangan dengan
norma-norma sosial dan agama sehingga dianggap sebagai salah satu bentuk
perilaku menyimpang.
E.
Faktor-Faktor Penyebab Perilaku
Menyimpang
Dalam setiap usaha manusia dalam
memnuhi kebutuhan hidupnya senantiasa tidak terlepas dari benturan-benturan
antara nilai, norma-norma social dengan keterbatasan kemampuan dan sumber-sumber
kebutuhan yang diperebutkan. Jika nilai-nilai atau unsure-unsur kebudayaan pada
suatu waktu mengalami perubahan, dimana anggota masyarakat merasa terganggu
atau tidak lagi dapat memenuhi kebutuhannya melalui kebudayaanya tadi, maka
timbul gejala-gejala social yang meresahkan masyarakat yang disebut dengan
masalah social. Masalah-masalah social itu mungkin berupa kebutuhan-kebutuhan
social atau mungkin juga kebutuhan-kebutuhan yang bersifat biologis. Masalah
kebutuhan social dapat disebabkan oleh tidak seimbangan pergaulan dalam
masyarakat, sedangkan kebutuhan biologis disebabkan kebutuhan-kebutuhan
biologis tersebut sulit atau tidak bias lagi dipenuhi, seperti kebutuhan makan,
minum dan sebagainya.
Soekanto (1995) mengatakan bahwa
masalah social adalah ketidak sesuaian antara unsur-unsur dalam kebudayaan atau
masyarakat yang membahayakan hidupnya kelompok social, atau menghambat
terpenuhinya keinginan-keinginan pokok para warga kelompok social, sehingga
menyebabkan rusaknya ikatan social.
Dalam keadaan masyarakat yang
senantiasa berubah, banyak sekali timbul masalah-masalah social, yang
mengakibatkan pula perubahan-perubahan terhadap nilai-nilai kemasyarakatan lama
yang dianggap tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman. Jenis masalah social
yang bervariasi, tergantung aspek-aspek kehidupan mana yang menyebabkan anggota
masyarakat menjadi resah. Ada yang menganggap bahwa masalah social itu berupa
keresahan masyarakat yang disebabkan oleh gejala-gejala kejahatan, ada pula
yang mengatakan masalah social identik dengan kemiskinan, perceraian dan
bentuk-bentuk pelanggaran hokum lainnya.
Timbulnya masalah social pada
umumnya banayk disebabkan oleh factor-faktor tertentu, seperti kurang stabilnya
perekonomian, factor psikologis, factor biologis dan factor kebudayaan. Wujud
nyata dalam kehidupan masyarakat biasanya bermacam-macam seperti anomi, bunuh
diri, disorganisasi, sakit jiwa dan lain-lain.
Adapun sebab atau faktor-faktor
terjadinya perilaku menyimpang antara lain yaitu :
a. Hasil Sosialisasi yang Tidak
Sempurna ( Ketidaksanggupan Menyerap Norma-Norma Kebudayaan)
Apabila
proses sosialisasi tidak sempurna, maka dapat melahirkan suatu perilaku
menyimpang. Proses sosialisasi tidak sempurna terjadi karena nilai-nilai atau
norma-norma yang dipelajari kurang dapat dipahami dalam proses sosialisasi yang
dijalankan, sehingga seseorang tidak memprhitungkan resiko yang terjadi apabila
ia melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang
berlaku. Contoh perilaku menyimpang akibat ketidaksempurnaan proses sosialisasi
dalam keluarga, bahwa anak-anak yang melakukan kejahatan cenderung berasal dari
keluarga yang retak/rusak, artinya ia mengalami ketiksempurnaan dalam proses
sosialisasi dalm keluarganya.
b. Proses Belajar yang Menyimpang
Proses
belajar ini terjadi karena melalui interaksi sosial dengan orang lain terutama
dengan orang-orang yang memiliki perilaku menyimpang dan sudah berpengalaman
dalam hal menyimpang.
c. Ketegangan antara Kebudayaan dan
Struktur Sosial
Apabila
peluang untuk mencari cara-cara dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak
diberikan, maka muncul kemungkinan akan terjadinya perilaku menyimpang. Contoh pada masyarakat feodal tuan
tanah memiliki kekuasaan istimewa atas warga yang berstatus buruh tani atau
penyewa sehingga tuan tanah dapat melakukan tindakan sewenang-wenang pada para
buruh atau penyewa tanah yaitu dengan menurunkan upah ataupun kenaikan harga
sewa. Apabila kesewenang-wenangan itu terjadi secara terus-menerus, maka dapat
memicu terjadinya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh buruh dan penyewa
tanah yaitu dengan melakukan kekerasan, perlawanan, penipuan, atau bahkan
pembunuhan.
d. Ikatan Sosial yang Berlaina
e. Hasil Sosialisasi dari Nilai-Nilai
Subkebudayaan yang Menyimpang
Menurut
Daldjoeni dalam Abulsyani (1994:187) bahwa, masalah sosial dapat bertalian dengan masalah
alami ataupun masalah pribadi, maka secara menyeluruh ada beberapa sumber
penyebab timbulnya masalah sosial, yaitu antara lain:
a. Faktor alam (ekologis-geografis),
ini menyangkut gejala menipisnya sumber daya alam. Penyebabnya dapat
berupatindakan eksploitasi berlebihan atasnya oleh manusia dengan teknologinya
yang makin maju, sehingga kurang diperhatikan perlunya pelestarian lingkungan.
Dapat pula karena semakin banyaknya jumlah penduduk yang secara otomatis cepat
menipiskan persediaan sumber daya meskipun sudah dilakukan penghematan.
b. Faktor biologis (dalam arti
kependudukan), ini menyangkut bertambahnya jumlah penduduk dengan pesat yang
dirasakan secara nasional, regional maupun local. Pemindahan manusia (mobilitas
fisik) yang dapat dihubungkan pula dengan implikasi medis dan kesehatan
masyarakat umum serta kualitas masalah pemukiman baik dipedesaan maupun
diperkotaan
c. Faktor budayawi, ini menimbulkan
berbagai keguncangan mental dan berlalian dengan beraneka penyakit kejiwaan.
Pendorongnya adalah perkembangan teknologi (komunikasi dan transportasi) dan
implikasinya dalam kehidupan ekonomi hokum, pendidikan, keagamaan, serta
pemakaian waktu senggang.
d. Faktor sosial, dalam arti berbagai
kebijaksanaan ekonomi dan politik yang dikendalikan untuk masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari
uraian diatas maka dapat kami simpulkan sebagai berikut :
Perilaku individu atau sekelompok
individu yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku secara umum
dalam masyarakat sering terjadi dalam kehidupan kita .
Teori ini dikemukakan oleh Edwin
M.Lemert, menurutnya seseorang berperilaku menyimpang karena proses labeling
yang diberikan masyarakat kepadanya. Labeling adalah pemberian julukan, cap,
etiket, ataupun kepada seseorang. Pada awalnya seseorang melakukan “penyimpangan
primer” karena itu sang pelaku penyimpangan mendapatkan cap (labeling) dari
masyarakat. Karena adanya label tersebut, maka sang pelaku mengidentifikasikan
dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangan itupun menjadi
suatu kebiasaan atau gaya hidup bagi pelakunya sehaari-hari.
DAFTAR
PUSTAKA
Abulsyani. 1994. Sosiologi Skema,
Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara
Soekanto, Soerjono. 1995. Sosiologi
Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar